Prehistoric Creature for this time is..

Prehistoric Creature for this time is..
Argentavis magnificens, perkenalkan burung terbang paling perkasa sepanjang masa. dengan rentang sayap mencapai 7 meter dan memiliki bobot seberat orang dewasa serta dilengkapi paruh dan cakar sebesar telapak kaki beruang merupakan raptor udara paling menakutkan di masa eosen akhir ( 6 juta tahun yang lalu )

Welcome Future people !

selamat datang orang orang masa depan, jangan sia siakan hidup anda hanya untuk mengkritisi kehidupan. cobalah untuk menikmatinya dan tetap bersanding pada asas moral agar kita bisa menjadi manusia yang benar benar manusia. kritikan harus disertai usaha dan mencari solusi okee ? ..

Rabu, 27 Juli 2011

Biogeografi : sanca batik (python reticulatus) endemik sulawesi




Disusun oleh :

Miftah Alfian Rizky

094274047


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL

S1-PENDIDIKAN GEOGRAFI

ANGKATAN 2009

BAB I

PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Indonesia dengan segala keanekaragaman hayatinya menyimpan banyak misteri kehidupan, salah satunya adalah kehidupan ular. Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, ular adalah hewan magis yang memiliki banyak peran dalam ritual seperti perlambangan kebaikan ataupun kejahatan. Sebagai contoh di india, mitologi hindu menggambarkan dewa Vishnu menitis menjadi kura kura penyangga tongkat pengaduk bertalikan ular raksasa (sanca) yang mendatangkan keajaiban dari laut(Archie, 1980). Mitologi masyarakat Indonesia terutama suku jawa menganggap semua ular berbahaya dan makhluk yang harus dihindari. Ular sanca batik (python reticulatus) adalah salah satu ular terpanjang di dunia dan merupakan reptil yang umum ditemui di Indonesia. Keadaan geografis Indonesia yang unik dengan bentang alam kepulauan dan variasi ekosistem yang beragam memiliki perannya tersendiri dalam membentuk keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah proses isolasi disebabkan rintangan geografis yang menyebabkan proses endemisme pada suatu makhluk.

Sama halnya dengan manusia Indonesia yang terbagi atas banyak suku dan budaya dikarenakan faktor geografis yang membuat mereka memiliki kebudayaannya sendiri. Ular sanca juga terbagi atas locality (daerah asal) yang menyebabkannya mereka memiliki perbedaan dari segi corak maupun ukuran dari setiap tempat, salah satunya adalah sanca dari pulau Sulawesi

B. RUMUSAN MASALAH

  1. apa itu sanca batik?

  2. Bagaimana keadaan geografis pulau sulawesi?

  3. Apa ciri khusus sanca batik Sulawesi?

  4. Bagaimana peran kondisi geografis membentuk subspesies sanca batik Sulawesi?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulis menulis makalah tentang “sanca batik (python reticulatus) endemik sulawesi” adalah untuk menambah wawasan mengenai ular sanca batik endemik sulawesi, yang keunikannya dipengaruhi oleh keadaan geografis pulau Sulawesi.


BAB II

PEMBAHASAN


A. SANCA BATIK (PHYTON RETICULATUS)

Sanca batik (pythton reticulatus) adalah sejenis ular tak berbisa dari keluarga boidae primitif yang berukuran besar. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 10 meter. Lebih panjang dari anaconda (Eunectes murinus), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Memiliki nama lain seperti Boa reticulata (Schneider, 1801) Boa rhombeata (Schneider, 1801) Boa phrygia (Shaw, 1802) Coluber javanicus (Shaw, 1802) Python schneideri (Merrem, 1820) Morelia reticulatus (Welch, 1988)Python reticulatus (Kluge, 1993)

dalam bahasa inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sanca batik ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembab (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa.

Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan makhluk berdarah panas lainnya. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi.

Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali.


a. persebaran geografis

sanca batik dapat ditemukan di asia tenggara dari kepulauan nikobar, bangladesh, birma, thailand, laos, kamboja, vietnam, malaysia dan singapura. di filiphina dapat ditemukan di basilan, bohol, cebu, leyte, pulau luzon, pulau mindanao, mindoro, negros, palawan, panay, polillo, samar dan tawi tawi. Di indonesia sendiri dapat ditemukan di sumatra, kepulauan mentawai, kepulauan natuna, kalimantan, sulawesi, jawa, lombok, sumbawa, sumba, pulau flores, timor timor, maluku, hingga kepulauan tanimbar.

b.sub spesies

sanca batik sendiri (dengan nama ilmiah trinomial) adalah python reticulatus reticulatus. Memiliki 2 subspesies yang sudah diakui keaslian genetikanya yaitu sanca batik selayar (pythton reticulatus saputrai) dan sanca batik tanah jampea (python reticulatus jampeanus), keduanya berada di pulau sulawesi, tepatnya di pulau selayar dan pulau tanahjampea.


B. KEADAAN GEOGRAFIS PULAU SULAWESI

Sulawesi adalah pulau yang memiliki daerah seluas 172.000 km persegi, dengan pulau pulau kecil di sekitarnya luasnya menjadi 188.000 km persegi. Sulawesi merupakan pulau terluas ke tiga dari gugusan pulau pulau sunda besar lainnya. Sulawesi merupakan pulau yang memiliki pegunungan padat dan tersebar merata di semua kepulauan, hanya beberapa daerah sempit saja yang relatif dataran rendah pantai dan dataran rendah pegunungan, selain itu Sulawesi memiliki banyak binatang khas mulai dari mamalia, reptil, burung hingga serangga.

Sulawesi berada di wawasan Australasia/Australia dengan topografi bergunung gunung, Sulawesi berbatasan dengan kalimantan di sebelah barat, Filipina di sebelah utara, Flores di selatan, Timor timur di tenggara dan Maluku di sebelah timur. Secara garis besar Sulawesi memiliki tipe vegetasi hutan hujan tropis dan hutan muson (ripley, 1983)

Menurut para ahli Geologi, bahwa terbentuknya pulau Sulawesi yang terjadi secara alamiah oleh proses alam, memang berbeda dengan proses terbentuknya pulau-pulau yang lain di Negara Kepulauan Nusantara ini, bahkan hanya beberapa pulau di dunia yang mempunyai kesamaan dalam proses terbentuknya. Pulau Sulawesi terbentuk dari proses Endogen, yaitu proses yang terjadi karena adanya Pengangkatan dari dalam perut bumi. Artinya pembentukan pulau Sulawesi terjadi dengan sendirinya, tidak seperti pulau-pulau lain yang proses pembentukannya merupakan hasil Patahan/Pelepasan Daratan dari suatu Daratan Utama/Benua. Seperti pulau Jawa yang dulunya bersatu dengan pulau Sumatra dan bersatu dengan Malaysia terus ke daratan Asia. Pulau Kalimantan dulunya bersatu dengan sebagian daerah Malaysia terus ke Philipina terus ke daratan Asia. Pulau Maluku dulunya bersatu dengan Irian Jaya (kini Papua) bersatu dengan Papua New Guinea terus ke daratan Australia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya persamaan flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) di antara masing-masing wilayah tersebut. Berbeda halnya dengan pulau Sulawesi yang memang dulunya terbentuk dengan sendirinya dari proses Endogen. Jadi pulau Sulawesi terbentuk bukan dari proses perpisahan daratan oleh proses alam dari dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia apalagi benua-benua lain. Hal ini terbukti dari ada beberapa jenis flora dan fauna yang tidak ada samanya di dunia, sebagai contoh hewan Anoa, babi rusa, raja ikan (coelacanth) sanca batik selayar dan sanca batik tanahjampea. Alfred russel Wallace membagi Indonesia menjadi 3 zona zoogeografi., yaitu zona asiatis, peralihan dan australis. Pulau Sulawesi sendiri termasuk zona zoogeografi peralihan, yang terletak diantara garis wallacea sebelah barat dan garis weber di sebelah timur. Walaupun sempit, selat Lombok sangat dalam dan menjadi rintangan sempurna untuk makhluk hidup berpindah,


a. kronologi pembentukan pulau Sulawesi

Professor john A. katili, ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi pulau Sulawesi bahwa terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian timur dan Sulawesi bagian barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fondasi sulawesi timur bersama pulau pulau banggai dan sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng australia, dengan sulawesi barat yang selempeng dengan pulau pulau kalimantan, jawa dan sumatra menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia. berdasarkan skala waktu geologi versi J. Laurence kulp, berikut ini perkiraan kronologi pembentukan pulau Sulawesi

1. EOSEN ( 65-40 juta tahun yang lalu )

Proses pembentukan pulau Sulawesi yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak ke barat menuju Borneo ( sekarang bernama Kalimantan ). Proses tumbukan akibat apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi satu daratan baru.


2. MIOSEN ( 40-20 juta tahun yang lalu )


Pada zaman ini pergerakan lempeng kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya ( daratan utara dan selatan ). Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan pengendapan yang berbeda.




3. PLIOSEN ( 15-6 juta tahun yang lalu )

Hingga zaman ini proses penumbukan kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana. Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.


4. PLEISTOSEN ( 4-2 juta tahun yang lalu )

Pada zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra di laut antara Kalimantan dan Sulawesi ( sekarang dikenal dengan selat Makasar ). Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba. Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan. kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa yang berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter pertahun.


C. SANCA BATIK ENDEMIK SULAWESI

sanca batik Selayar (python reticulatus saputrai) : Pulau Selayar terletak di selatan kota Makassar. dari segi penampilan ditandai warna kuning di motif samping sangat kental dan beberapa ada yang sedikit memiliki bintik hitam .Matanya yang aneh berwarna perak kehijauan biasanya akan berkembang seiring dengan umurnya. ukuran maksimal betina 4,5m.


Sanca batik tanah jampea (python reticulatus jampeanus) Jampea memiliki pola yang buram dengan didominasi warna perak,abu-abu,hiaju, coklat dan kuning,Warna matanya typikal Tembaga keperakkan. beberapa orang mengatakan sanca ini jenis Dwarf (kerdil) panjang max betina 3 meter

a. kedatangan sanca di pulau selayar dan tanah jampea

dari kronologi pembentukan Sulawesi, diperkirakan sanca datang melalui Kalimantan pada kala pliosen (15-6 juta tahun yang lalu) karena pada masa itu Sulawesi hampir menyatu dengan Kalimantan dan paparan sunda (jawa, Sumatra, Kalimantan) telah dihuni beragam spesies makhluk hidup, salah satunya adalah ular sanca. Hal tersebut memungkinkan sanca menyebrangi selat kecil antara Kalimantan dan Sulawesi melalui jembatan penyaring. Rentetan masuknya binatang ke suatu daerah melalui jembatan penyaring mungkin banyak terjadi pada kala pleistosen yang berhubungan dengan zaman pluvial (zaman hujan), Di daerah garis lintang tropik dekat khatulistiwa. Perubahan iklim yang menyebabkan adanya jembatan penyaring terjadi pada masa itu menyebabkan sanca yang menyebrang beradaptasi dengan kondisi Sulawesi yang baru . Fisik dan Kebiasannya mungkin berubah karena ada faktor tekanan lingkungan yang mengharuskannya mencari sumber makanan baru, adaptasi habitat baru dan persaingan dengan binatang lain yang ikut menyebrang. Semuanya mempengaruhi proses perubahan sedikit demi sedikit. Dalam jangka waktu lamanya mungkin telah merubah keadaan genetik sanca tersebut.

E.o Wilson mengemukakan bahwa binatang yang datang ke sebuah pulau atau kepulauan kecil mungkin akan menemukan relung ekologi kosong yang tak terdapat di tempat asalnya, Di tempat itulah terjadi pembebasan ekologi. Yaitu perluasan cepat ke berbagai lingkungan yang sebelumnya tertutup. Akibatnya timbul diversifikasi (atau percabangan) yang sangat luas, baik dalam hal kebiasaan maupun tampangnya. Sanca batik di pulau Sulawesi pun mengalami hal serupa, terjadi percabangan antara ukuran dan motif. Walau sanca batik selayar dan sanca batik tanah jampea adalah subspecies yang telah diresmikan, sesungguhnya masih terdapat sanca batik lain seperti sanca batik buton dari pulau buton, sanca batik kayuadi dari pulau kayuadi, dan sanca batik kaloatoa dari pulau kaloatoa. Kesemuanya menunjukkan motif yang hampir serupa seperti motif rantai pada sisik dorsal (punggung), ukuran yang hampir sama, yaitu dwarf (kerdil) dengan ukuran rata rata 1,5 hingga 2 meter. Tidak seperti saudaranya dari paparan sunda yang mencapai rata rata 3 hingga 4 meter. Keberadaan jembatan penyaring terlihat pada pulau pulau yang dihuni sanca kerdil tersebut, yakni menunjukkan asosiasi rantai pada pulau yang masih dalam satu jalur rangkaian. kesemuanya berada di rangkaian pulau kecil pada Sulawesi selatan, kecuali pulau buton yang berada di Sulawesi tenggara. Hal ini menunjukkan mereka masih berkerabat dekat.

b. endemisme

endemisme dalam ilmu ekologi adalah gejala suatu organisme menjadi unik pada suatu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang, Negara atau zona ekologi tertentu. Untuk dikatakan endemik, suatu organisme harus ditemukan hanya di suatu tempat dan tidak ditemukan di tempat lain. Seperti sanca batik selayar dan sanca batik tanahjampea yang hanya dapat ditemukan di pulau selayar dan pulau tanahjampea. Endemisme sendiri diperkuat oleh faktor fisik, iklim, dan biologis. Wilayah dengan keanekaragaman hayati tinggi tidak berarti merupakan daerah dengan tingkat endemisme tinggi, meskipun kemungkinan untuk dihuni oleh organisme endemik menjadi meningkat

c. isolasi geografis sebagai proses endemisme

isolasi geografis adalah faktor utama penyebab terjadinya endemisme, dimana suatu organisme tidak mendapat kesempatan untuk berpindah maupun beradaptasi di tempat lain, karena rintangan geografis. Membuatnya terjebak dalam wilayah tertentu yang mengakibatkan organisme tersebut memiliki peran spesial baik fisik maupun perilaku, sebagai hasil dari adaptasi khusus terhadap tantangan hidup di wilayah tersebut, lalu kemudian menjadi bentuk yang khas.


D. PROSES PENGKERDILAN PADA SANCA BATIK SELAYAR DAN TANAH JAMPEA

Mamalia penghuni pulau acap kali lebih kecil daripada kerabatnya yang hidup di daratan benua. Ada anggapan bahwa kekerdilan binatang penghuni pulau ini merupakan adaptasi terhadap sempitnya daerah yang tersedia bagi tiap tiap binatang untuk mencari makan dan mengembara. Sebagai contoh Anoa, adalah kerbau liar terkecil di dunia dengan tinggi bahu hanya 90 cm saja, bandingkan dengan kerbau india yang memiliki tinggi bahu hingga 1,5 meter. berbeda dengan reptilia, sebagai contoh biawak komodo, malah mengembangkan bentuk raksasa di pulau komodo dan pulau rinca yang kecil. Analisis yang berkembang karena komodo tidak memiliki pesaing lain (karnivora puncak) dalam rantai makanan, selain itu mangsa yang tersedia di pulau tersebut mencakup mamalia besar seperti kerbau, babi maupun rusa. Dengan persediaan mangsa seperti itu dan komodo sebagai reptil berdarah dingin yang efisien dalam menyimpan tenaga maka wajar jika komodo mengembangkan bentuk raksasa. Namun penelitian yang tak senada ditemukan pada jenis sanca batik khas Sulawesi, yaitu sanca batik selayar (python reticulatus saputrai) dan sanca batik tanah jampea (python reticulatus jampeanus), karena keduanya adalah reptil berdarah dingin, namun mengalami pengkerdilan seperti mamalia. Analisis yang berkembang adalah karena jumlah mangsa yang tersedia sangat sedikit sehingga energi yang digunakan untuk tumbuh lebih sedikit. Dalam kasus pemeliharaan oleh manusia, diketahui sanca tersebut mampu tumbuh lebih dari yang digrafikkan. Hal ini semakin memperkuat hipotesis mengenai sumber makanan yang tersedia. Melalui perilaku, diketahui bahwa biawak komodo merupakan makhluk yang soliter namun berkumpul pada saat makan, tak menghiraukan sifat alaminya untuk hidup menyendiri. Pada ular sanca berbeda demikian, sanca merupakan makhluk soliter sejati, hanya berkumpul pada masa kawin. Selain itu setiap sanca memiliki bau khusus untuk menjaga jarak dengan sanca lain di sekitarnya. Jika hal itu dikaitkan dengan luas pulau yang kecil dan daya jelajah sanca, maka berkembang hipotesis dengan tubuh kecil maka populasi sanca tetap terjaga walaupun luas wilayah kecil karena jarak antar sanca satu dengan yang lain berkurang, setiap individu memiliki wilayah yang lebih kecil dari sebelumnya, dan intensitas pertemuan diantara mereka semula bersinggungan kini normal kembali.













BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Faktor geografis Sulawesi memegang peran penting dalam proses endemisme terhadap sanca batik endemik Sulawesi dan kronologi pembentukan pulau Sulawesi merupakan faktor utama terjadinya penyebrangan makhluk hidup dari Kalimantan ke pulau Sulawesi atau sebaliknya. yang kemudian iklim, daya adaptasi makluk tersebut (biologis) dan fisik Sulawesi yang menentukan keberhasilan makhluk hidup yang tinggal dan melakukan pembebasan ekologi. topografi Sulawesi yang bergunung gunung dan terisolasi membuat tidak hanya sanca yang mengalami endemisme, sehingga Sulawesi kaya akan makhluk unik yang khas dan hanya terdapat di Sulawesi.

B. SARAN

Terus dilakukan upaya penelitian oleh peneliti lokal mengenai jenis sanca lain, mengingat masih banyak misteri alam yang belum terkuak di Indonesia. terutama informasi yang berkaitan dengan herpetologi dan biogeografi, banyak sumber masih merupakan adaptasi dari refrensi asing.























DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org(diakses pada tanggal 23 juli 2011, pukul 22.00)

www.wch-toxinology.com (diakses pada tanggal 23 juli 2011, pukul 22.00)

www.reptilx.com (diakses pada tanggal 23 juli 2011, pukul 22.00)

www.smkbuddhi.blogspot.com/2011/02/proses-terbentuknya-pulau-sulawesi.html(diakses pada tanggal 23 juli 2011, pukul 22.00)

materi perkuliahan Dra. Sulistinah, Geografi regional Indonesia.

Materi perkuliahan Drs. H. Daryono, M.Si, geologi indonesia

Taryana, didik. 1997. garis besar geomorfologi Indonesia. Malang : IKIP malang

Farb, peter. 1980. Ekologi( edisi bahasa Indonesia). Jakarta : Tira pustaka

Dillon Ripley, S. 1983. Asia Tropik (edisi bahasa Indonesia). Jakarta : Tira pustaka

Carr, Archie. 1980. Reptilia (edisi bahasa Indonesia). Jakarta : Tira pustaka




Tidak ada komentar:

Posting Komentar