Prehistoric Creature for this time is..

Prehistoric Creature for this time is..
Argentavis magnificens, perkenalkan burung terbang paling perkasa sepanjang masa. dengan rentang sayap mencapai 7 meter dan memiliki bobot seberat orang dewasa serta dilengkapi paruh dan cakar sebesar telapak kaki beruang merupakan raptor udara paling menakutkan di masa eosen akhir ( 6 juta tahun yang lalu )

Welcome Future people !

selamat datang orang orang masa depan, jangan sia siakan hidup anda hanya untuk mengkritisi kehidupan. cobalah untuk menikmatinya dan tetap bersanding pada asas moral agar kita bisa menjadi manusia yang benar benar manusia. kritikan harus disertai usaha dan mencari solusi okee ? ..

Sabtu, 22 Januari 2011

Kakek tua dan timbangan berkarat

Malam yang gelap bersambut pagi, mengawali hari sebuah kampung kecil di tengah kota jakarta. Di sebuah rumah kecil yang terbuat dari anyaman rotan, terlihat seorang kakek tua sedang menyalakan lampu ubliknya. Sang kakek Sayu menatap surya yang masih malu menampakkan dirinya. bau menyengat sampah yang mengelilingi kampung ini, tak mengganggu kakek yang telah hidup berpuluh tahun di kampung ini. Perlahan sang kakek tua masuk ke dalam rumah, membawa penerangan untuk melihat ruangan yang gelap. Dilihatnya kedua cucu kakek yang masih anak anak sedang tertidur pulas di lembaran Koran. Sang kakek tersenyum kecil, memperlihatkan gusinya yang sudah tak ditumbuhi gigi. Dengan Perlahan, dia kecilkan api di dalam lampu ublik. Kemudian, si kakek mengenakan peci kecil di kepalanya dan mengambil tas kecil berwarna pink milik cucunya. Langkah kecil nan senyap mengawali hari sang kakek keluar dari rumah, sembari menutup pintu dengan lembut. Sang kakek melihat rumah rumah semi permanen di sekelilingnya, nampaknya warga di sini sudah bersiap mengawali hari mereka.

“kek ahmad.. hati hati di jalan ya kek..” ujar seorang pemulung

“kek… jangan lupa makan…” kata seorang bertubuh kekar di belakangnya

“kek… selalu berdoa di jalan ya…” teriak seorang penarik gerobak sampah dari kejauhan

“iya nak… terima kasih, semoga kalian dilimpahkan rejeki dan kesehatan oleh Allah SWT, kakek mau berangkat dulu… assalamualaikum..” ujar si kakek tertatih tatih.

“wa’alaikumsalam…”

Kek ahmad berjalan meninggalkan kampung kecilnya, menyebrangi jalan kota yang masih lenggang oleh manusia. Sesaat ia teringat akan kedua cucunya di rumah, namun kek ahmad harus bekerja untuk menghidupi sisa keluarganya. Kek ahmad berjalan menyusuri kampung kampung kecil yang terselip di antara gedung gedung tinggi, menawarkan jasa dan pengalaman yang ia punya. Dibukanya tas pink yang ia panggul dan mengeluarkan sebuah timbangan badan yang telah berkarat sebagian.

“timbang badan… tensi darah…..” teriak kek ahmad sambil menyusuri gang kecil.

Tak ada hal lain yang bisa dilakukan sang kakek. Meski jasa yang ditawarkannya telah berada di tepi zaman, kek ahmad tetap bersemangat menjalaninya sebagai penjual jasa menimbang badan dan mengukur tensi darah.

“kek ahmad… kemari kek….” Ucap seorang wanita tua berkerudung dari sebuah rumah

“eh… bu haji……” balas kek ahmad.

Bu haji membukakan pagar dan mempersilahkan kek ahmad masuk ke teras rumahnya. Kek ahmad berjalan pelan memasuki rumah sambil mempersiapkan timbangan badan, dan alat ukur tensi darah dari dalam tas. Bu haji menapakkan kakinya di atas timbangan tua milik kakek.

“60 kilogram bu haji…alhamdulilah,”

“iya kek. Kek, babe juga mau diukur tensi darahnya..”

“iya bu haji…” ujar kek ahmad sambil mempersiapkan alat ukur tensi darah

Kek ahmad membuka sarung alat tensi, mengalungkannya di lengan babe yang duduk di kursi goyang. Tangannya yang sudah terlatih beserta pengalamannya selama 20 tahun membuat kek ahmad begitu cekatan. Dipompanya bola karet yang tersambung dengan alat tensi dan kek ahmad melihat angka yang ditunjuk jarum ukur.

“140 / 80 be.. normal…..alhamdulilah..”

“alhamdulilah… ni kek, ambil semuanya..” ujar babe sambil menyodorkan lembaran 10 ribu rupiah

“alhamdulilah… terima kasih be…, semoga selalu diberi kesehatan dan kelimpahan rejeki oleh Allah SWT..”

“iya kek.. amin, amin..”

Kek ahmad memang bukanlah seorang lulusan sarjana kesehatan, semuanya ia dapat secara otodidak. Namun pengalaman dan kegigihannya untuk terus belajar membuat kek ahmad piawai menggunakan alat tensi darah dan melihat kesehatan pelanggannya melalui alat itu. Dengan hati senang, kek ahmad meninggalkan rumah bu haji dan kembali melanjutkan perjalanan mencari nafkah di luasnya Jakarta. Di tengah jalan, kek ahmad menawarkan jasanya kepada seorang wanita muda.

“timbang badan.. tensi darah….,mau timbang badan mbak?”

“enggak pak terima kasih…”

“mari bu…”

“mari pak….”

Meski kini puskesmas lebih dipilih masyarakat, kek ahmad tetap gigih menjalankan pekerjaannya yang sudah tak seramai dulu. Disusurinya setiap gang yang ia temui, menawarkan jasanya kepada siapapun yang ia temui. Kek ahmad tetap bangga menjalankan pekerjaan dan ilmunya. Karena, ia masih memiliki harga diri daripada mengemis di pinggir jalan.

“timbang badan.. tensi darah… bu mau timbang badan?”

“boleh kek….” Ujar si ibu dan menapakkan kakinya di atas timbangan

“45 kilogram bu, alhamdulilah…”

“iya.. terima kasih kek..” ujar si ibu sambil menyodorkan uang 500 perak

“terima kasih bu, alhamdulilah..”

Kek ahmad selalu percaya bahwa rezeki telah diatur oleh yang maha kuasa, rezeki akan selalu ada dan dibagi rata kepada semua makhluknya. Berapapun yang diterima, kek ahmad tetap bersyukur menerimanya. Setelah melayani ibu tadi, kek ahmad kembali melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan, perut kek ahmad mulai bergetar merasa lapar. Ia mendatangi sebuah warung yang berada di pinggir jalan. Tubuhnya yang mulai ringkih duduk di sebuah kursi panjang di dalam warung.

“bu.. nasi tempe satu.. bubur ayam 2, dibungkus.. saya bawa tempatnya”

“iya pak, tunggu ya…” ucap ibu pemilik warung

Kek ahmad menikmati makanan dari hasil jerih payahnya itu, ia bersyukur dapat makan hari ini, dan yang terpenting, kedua cucunya bisa makan bubur ayam favorit mereka.

“buat siapa pak bubur ayamnya?” ujar ibu pemilik warung sambil mengusap wadah kek ahmad dengan lap

“buat cucu bu… mereka suka daging, jarang sekali saya bisa membelikan daging untuk mereka”

“oh… tinggalnya dimana pak?”

“di depok bu…”

“ ini pak bubur ayamnya, masih hangat. Perjalanan bapak kan jauh, jadi saya dobeli biar ketika bapak sampai, insya Allah masih hangat”

“terima kasih bu, semoga selalu diberi kesehatan dan rejeki yang melimpah oleh Allah SWT”

“Amin pak…”

Kek ahmad berlalu meninggalkan warung, sang ibu pemilik warung melihat kakek dari kejauhan sambil menghela nafas panjang. mendoakan keselamatan kakek yang berjuang di tengah teriknya Jakarta. Dalam perjalanan kakek ahmad melihat sebuah insiden yang mengejutkannya. Seorang pemuda di tepi jalan dirampas dompetnya oleh 2 orang yang mengendarai sepeda motor.

“jambrettt jambreettt !!! ujar pemuda itu

Kejadian itu begitu cepat berlalu, si pemuda tertunduk lesu. Dompetnya yang berisi uang sejumlah 1 juta rupiah hasil jerih payahnya selama dua bulan ini, raib dicuri orang. meski di sekelilingnya terdapat banyak orang, mereka acuh tak acuh terhadap nasib pemuda itu. Kek ahmad yang merasa iba menghampiri si pemuda.

“nak… yang tabah ya… ini kakek ada sedikit rejeki buat naik angkot”

“umm.. iya kek terima kasih…..”

“berapa nak isi dompetnya?”

Emm.. satu juta pak, padahal anak istri saya menunggu di rumah.. saya nggak tahu lagi harus gimana, itu uang untuk hidup saya beberapa bulan ke depan.."

“di dekat sini ada kantor polisi nak, mari kakek antar melapor..”

“iya pak.. terima kasih..”

Sang kakek menunda perjalanannya dan mengantar pemuda itu ke kantor polisi untuk melapor. Sesampainya di sana, si pemuda mengurus kasusnya sementara sang kakek melaksanakan sholat dzuhur di mushola. Tak lama berselang, si pemuda keluar dari kantor polisi dan menjumpai sang kakek sedang berdoa di dalam mushola. Dengan sabar pemuda itu menunggu si kakek menyelesaikan ibadah.

“kek.. terima kasih ya… saya tidak tahu lagi harus bilang apa..” ujar si pemuda sambil menyalami kakek

“iya nak.. yang tabah ya.. ini cobaan dari Allah SWT, semoga kamu bisa lebih kuat setelah ini”

“iya kek… saya pulang dulu ya kek… assalamualaikum”

“waalaikumsalam Wr. Wb nak…”

Pemuda itu berlalu meninggalkan kantor polisi, sementara kek ahmad kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri gang kecil di sekitar polres, sambil terus meneriakkan jasanya kepada warga yang membutuhkan.

“timbang badan… tensi darah…….”

“pak.. tensi darah..” ujar seorang pria di balik rumah

“iya pak… sebentar, saya kesana..”

Kek ahmad membuka tas pink miliknya. Betapa kagetnya ia karena tak menemukan alat tensi darah miliknya, yang ada hanya timbangan tuanya yang berkarat. Kek ahmad menenangkan dirinya, sementara pria di dalam rumah sudah tidak sabar menunggu si kakek.

“umm.. maaf nak.. sepertinya kakek lupa bawa alat tensi kakek..”

“wah.. gimana sih kakek.. mulai pikun ya…”

“iya nak.. kakek sudah agak pikun.. timbang badan saja gimana nak?”

“wah enggak kek.. itu namanya memang pikun.. timbangannya jelek, karatan. nanti kaki saya kena tetanus” cibir pria itu

“iya maafin kakek ya nak.. terima kasih, kakek permisi dulu.. assalamualaikum..”

“ya ya.. wa’alaikumsalam”

Kek ahmad tidak menyadari akan kehilangan alat tensi yang sudah mencari nafkah bersamanya selama ini. Ia tak mau su’udzon terhadap pemuda tadi. Dihilangkannya fikiran negatifnya itu. Kek ahmad menyadari akan cobaan yang sama dihadapinya dengan pemuda tersebut, jadi ia berusaha tabah seperti apa yang dikatakannya. Sambil tersenyum kek ahmad tersu berjalan menyusuri jalan, bersama timbangan berkaratnya yang tersisa.

_____________________________________________________________

Hari mulai sore, kek ahmad nampak kelelahan. Ia berfikir untuk menyudahi pekerjaannya hari ini dan segera pulang menjumpai cucu kesayangannya di rumah. Perjalanan kek ahmad terhenti di sebuah masjid besar di depannya, Ia menyempatkan diri untuk menunaikan sholat ashar di masjid. Kek ahmad dengan khusyuk menjalankan ibadah kemudian berdoa dan berterima kasih kepada Allah SWT atas rezeki dan cobaan yang ia terima hari ini. Kek ahmad dengan ikhlas dan tabah, menerimanya sebagai jalan menuju orang shalih. Ketika sedang berdoa, seseorang menepuk punda kek ahmad.

“kakek.. kek ahmad ya..?”

“iya nak… ada perlu apa?’

“begini kek, ada waktu sebentar tidak? Saya mau ngobrol dengan kakek. Tapi di teras masjid saja ya pak? Di sini bisa menganggu yang lain”

“iya nak.. “ ujar kek ahmad, kemudian keduanya berjalan menuju teras masjid.

“begini kek.. saya sudah mendengar banyak informasi dari warga sekitar kalau bapak ini penjual jasa menimbang badan dan mengukur tensi darah, apakah itu benar?”

“benar nak.. nak mau nimbang badan? Tapi Alat ukur saya ketinggalan di rumah nak”

“enggak kek, nggak usah.. saya dokter dari puskesmas dekat kampung bapak”

“apa nak mau menyuruh saya untuk berhenti dari pekerjaan ini? Maaf nak, Cuma ini keahlian kakek untuk bisa menyambung hidup…”

“tidak kek.. justru sebaliknya, pengalaman kakek tentu akan sangat berguna jika kakek mau bekerja di puskesmas”

“apa benar itu nak?? Nak dokter mau mempekerjakan saya di puskesmas??”

“iya kek.. benar.. Maaf kalau saya menganggu ya kek..”

“enggak nak.. justru kakek bahagia sekali, dari dulu kakek ingin sekali bekerja di instansi kesehatan.. kakek ingin sekali bisa menolong orang banyak di sana… dan…. Kakek ingin sekali naik haji dan bisa menyekolahkan cucu cucu kakek”

“iya kek semoga itu semua bisa terkabul, yang jelas Allah SWT telah berkehendak. Kakek akan mendapatkan tempat layak di puskesmas dan tak perlu repot repot berjalan menyusuri kota untuk menawarkan jasa kakek, para pasien lah yang akan menghampiri kakek..”

“terima kasih ya Allah.. terima kasih nak…” ujar kek ahmad sambil terisak isak menyalami tangan dokter muda itu.

“umm hari sudah sore, tentu kakek mau pulang menemui cucu kesayangan kakek kan? Mari kek saya antar naik mobil saya..”

“iya nak terima kasih, tapi kakek masih ada urusan.. nggak mau merepotkan nak dokter…”

“umm.. oke kalau begitu kek. Kami tunggu besok ya kek.. kakek datang jam 7 pagi, langsung masuk saja. Semua sudah kenal kakek.. ya sudah kek, assalamualaikum”

“wa’alaikumsalam nak..” kek ahmad mengusap butir air yang mengucur dari matanya

.

Dokter itu berlalu meninggalkan kakek ahmad. Senyum simpul merekah di wajah keriput kek ahmad. Dia bersujud syukur, semuanya seperti keajaiban. Kehilangan yang ia miliki digantikan oleh Allah SWT dengan mimpi yang menjadi kenyataan. Sambil membawa bubur ayam yang mulai dingin itu, kek ahmad melanjutkan perjalanannya.

Sebelum pulang, kek ahmad menyempatkan diri ke toko alat alat kesehatan yang berada di pinggir jalan raya. Ia ingin menyewa alat tensi darah di sana. Sang pemilik sudah kenal betul dengan kek ahmad. Sebelum memiliki alat tensinya sendiri, kek ahmad selalu menyewa di sini.

“nak.. kakek sewa lagi ya alat tensinya, punya kakek hilang..”

“ya Allah.. kok bisa kek? Umm yaudah ni kek saya pinjami secara Cuma Cuma. Kakek kan sudah seperti bapak saya sendiri”

“terima kasih ya nak.. semoga Allah SWT melimpahkan rezeki dan kesehatan buat nak saleh..”

“iya kek… terima kasih banyak”

Sang kakek berlalu meninggalkan toko itu. namun langkahnya terhenti sejenak, Seseorang yang Nampak ia kenal sedang berada di toko itu. Penasaran, sang kakek kembali dan mendekatinya. namun Betapa kagetnya kek ahmad, rupanya orang itu adalah pemuda yang ditolongnya tadi. Ia telah menjual alat tensi darahnya kepada saleh. Sontak, pemuda itu kaget melihat kehadiran kek ahmad kemudian lari menyebrang jalan raya. Kek ahmad yang tertatih tatih segera menyusulnya

“nak…. Terima kasih….!! “ teriak kek ahmad

“Kakek… awas !!!!!!.........” teriak pemuda itu dari seberang

Sebuah truk besar menabrak tubuh ringkih kakek. Sang supir yang ketakutan segera menaikkan kecepatan truknya, dan meninggalkan kakek ahmad yang terluka di pinggir jalan. Orang orang yang melihatnya segera menolong kek ahmad yang terluka dan segera melarikannya ke rumah sakit. Sementara pemuda itu kebingungan, lalu melempar uangnya ke jalan dan berlari meninggalkan kerumunan.

______________________________________________________

“kakek..kek ahmad.. bangun kek.. waktunya bekerja..”

Kek ahmad terbangun, ia mengusapkan kedua bola matanya dan melihat banyak orang di depannya.

“kek.. saya mau ukur tensi darah saya..”

“kek saya juga…”

“kek.. saya mau timbang badan…”

“kakek ahmad kan yang terbaik di sini…saya juga ya kek”

Kakek ahmad tersenyum melihatnya, tak sadar dirinya telah berlinang air mata. Di ambilnya alat tensi darah dan timbangannya, Semuanya bersih seperti baru. Kemudian, kek ahmad dengan senang hati melayani orang orang yang berpakaian putih itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar